Translate

Senin, 21 Juli 2025

Narcissistic Personality Disorder

Sifat narsis sebenarnya wajar dalam kadar tertentu. Namun, pada sebagian orang, ini bisa menjadi ciri dari narcissistic personality disorder. Tak sekadar percaya diri ataupun haus pujian, individu dengan NPD sering menunjukkan pola pikir dan perilaku yang mengganggu hubungan sosial dan emosional. Untuk memahami lebih dalam tentang kondisi ini, simak informasi berikut!


Apa itu narcissistic personality disorder?

Narcissistic personality disorder (NPD) atau gangguan kepribadian narsistik adalah gangguan mental yang membuat seseorang merasa lebih penting dibandingkan orang lain.

Untuk mewujudkan keinginannya dipandang lebih tinggi, sebagian dari mereka tidak jarang melakukan tindakan negatif, impulsif, atau bahkan berbahaya.


Selain haus pujian, individu dengan gangguan kepribadian narsistik biasanya memiliki empati yang rendah terhadap orang lain. 


Meski terlihat kuat dan angkuh, mereka sebenarnya merupakan sosok yang rapuh dan tidak percaya pada kemampuannya sendiri.


Karena itulah, mereka membutuhkan validasi dan kekaguman dari orang lain untuk menutupi ketidakyakinannya pada diri sendiri.


Penting untuk diingat bahwa kepribadian narsistik berbeda dengan rasa percaya diri dan harga diri (self-esteem) yang tinggi.


Rasa percaya diri diperoleh dari prestasi atau pencapaian, sedangkan sikap narsistik muncul dari rasa ketakutan atas kekalahan bersaing dengan orang lain.


Seberapa umumkah narcissistic personality disorder?


Meski tidak ada data pasti, sejauh ini narcissistic personality disorder lebih banyak dialami oleh laki-laki, tepatnya saat mereka berada di masa remaja atau usia muda.

Penting untuk diingat bahwa sifat narsis tidak sama dengan dan belum tentu berkembang menjadi gangguan kepribadian narsistik.


Ciri-ciri orang dengan NPD


Cleveland Clinic menyebutkan bahwa sembilan sikap dan perilaku berikut erat kaitannya dengan gangguan kepribadian narsistik.
  • Rasa mementingkan diri sendiri yang berlebihan.
  • Sering berfantasi tentang kesuksesan, kekuatan, kecantikan, dan lain sebagainya.
  • Yakin bahwa diri mereka lebih unggul dari orang lain dan hanya mau berteman dengan orang-orang yang dinilai sepadan.
  • Haus pujian untuk menutupi kerapuhan diri.
  • Mudah marah saat keinginannya tidak terpenuhi.
  • Tidak takut untuk memanfaatkan orang lain demi memuaskan egonya.
  • Empati yang rendah terhadap orang lain.
  • Iri dan suka meremehkan pencapaian orang lain.
  • Sikap sombong, arogan, dan merendahkan atau menggurui orang lain.

Selain itu, orang dengan NPD dikenal sensitif terhadap segala bentuk kritikan, penolakan, dan kegagalan.


Mereka juga cenderung menghindari situasi yang bisa membuatnya terlihat lebih rendah dari orang lain.


Penyebab gangguan kepribadian narsistik


Sama seperti gangguan kesehatan mental lainnya, sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab NPD.


Namun, beberapa kondisi berikut dianggap menjadi faktor yang membuat seseorang lebih mungkin mengalaminya.
  • Genetika atau keturunan.
  • Trauma, baik secara fisik, seksual, atau verbal.
  • Meniru orang-orang di lingkungan sekitarnya.
  • Perbedaan dalam cara kerja otak dan saraf.


Laman Mayo Clinic menyebutkan bahwa terlalu banyak memuji atau mengkritik anak juga bisa menjadi faktor penyebab gangguan kepribadian ini.


Komplikasi narcissistic personality disorder


Ada beberapa kondisi yang bisa berkembang dari gangguan kepribadian narsistik atau terjadi bersamaan dengan gangguan tersebut, di antaranya:

  • depresi,
  • gangguan kecemasan,
  • gangguan kepribadian lainnya, seperti gangguan kepribadian ambang,
  • gangguan makan, seperti anoreksia,
  • gangguan fisik,
  • penyalahgunaan narkoba atau alkohol,
  • perilaku menyakiti diri sendiri atau self-harm,
  • pikiran untuk bunuh diri.


Narcissistic personality disorder umumnya juga akan mengganggu kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain.


Diagnosis narcissistic personality disorder


Pada sesi kunjungan pertama, psikolog atau psikiater akan melakukan wawancara tentang perilaku klien sehari-hari, termasuk bagaimana cara mereka berinteraksi dengan orang lain.


Hasil wawancara tersebut kemudian akan menjadi salah satu pertimbangan bagi dokter spesialis kejiwaan dalam menegakkan diagnosis.


Seluruh proses diagnosis dilakukan dengan mengacu pada Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental atau DSM-5.


Bila perlu, dokter spesialis kejiwaan dapat menyarankan pemeriksaan kesehatan lainnya untuk mengesampingkan kemungkinan kondisi lain dengan gejala serupa.


Penanganan gangguan kepribadian narsistik


Setiap orang dengan NPD bisa mendapatkan penanganan yang berbeda, sesuai gejala yang dialami dan penyebabnya. Secara umum, berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi gangguan kepribadian narsistik.


1. Terapi psikologis (psikoterapi)


Dengan bantuan terapis atau psikolog, orang dengan NPD bisa menerima beberapa jenis psikoterapi berikut.

  • Terapi perilaku dialektika (DBT) untuk pasien dengan masalah emosi yang intens.
  • Terapi perilaku kognitif (CBT) untuk mengubah pola pikir dan respons pasien terhadap penyebab stres.
  • Terapi metakognitif untuk membantu seseorang menilai sesuatu dari berbagai sudut pandang.
  • Terapi pasangan atau keluarga yang berfokus untuk memperbaiki komunikasi antara pasangan atau keluarga.


Terapi bisa dilakukan secara tunggal atau kombinasi. Untuk mendapatkan hasil terbaik, pastikan Anda mengikuti jadwal terapi yang ditetapkan.

2. Pemberian obat


Obat-obatan memang tidak bisa menghilangkan NPD, tetapi efektif untuk mengontrol gejala atau keluhan yang berkaitan dengannya. Obat yang mungkin diberikan psikiater antara lain:
  • obat antidepresan,
  • obat anticemas,
  • obat antipsikotik,
  • penstabil mood, dan
  • obat antikejang.


Selalu ikuti aturan minum obat dari dokter. Jangan pernah berhenti mengonsumsi obat-obatan di atas tanpa petunjuk dokter meskipun Anda sudah merasa lebih baik. 


Perawatan rumahan untuk NPD


Demi mengoptimalkan hasil perawatan medis, individu dengan NPD biasanya diminta untuk menerapkan beberapa kebiasaan berikut.

  • Belajar berpikir terbuka dengan menerima pendapat orang lain.
  • Cari tahu informasi tentang narcissistic personality disorder.
  • Cari tahu cara menyalurkan stres dengan baik, misalnya melalui meditasi atau olahraga.
  • Terapkan pola hidup sehat.
  • Fokus pada perawatan dengan mengingat tujuan utama Anda.


Dengan berbagai risiko komplikasi dan pengobatan yang tidak selalu mudah, terbukti bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.



Kesimpulan

  • Narcissistic personality disorder adalah gangguan kepribadian yang membuat seseorang merasa selalu lebih penting dibandingkan orang lain.
  • Gejala NPD adalah rasa haus akan pujian, sering berfantasi tentang kesuksesan, yakin bahwa dirinya lebih unggul dari orang lain, dan mudah marah saat keinginannya tidak terpenuhi.
  • Kondisi ini umumnya ditangani dengan psikoterapi dan pemberian obat-obatan untuk mengendalikan gejalanya.

Self Disclosure (Pengungkapan Diri)

Pengertian Self Disclosure 


Self disclosure adalah proses di mana kita mengungkapkan aspek-aspek pribadi dari perasaan dan perilaku kita kepada orang lain (Maryam, 2018, hlm. 62). Sekilas mungkin tampak sama dengan pengukapan gagasan lainnya, yang menjadi pembeda utama dari self disclosure adalah bahwa informasi yang diungkapkan bisa saja melingkupi aspek pribadi hingga informasi-informasi lain yang bisa jadi rahasia atau sangat sensitif. Seperti yang diungkapkan oleh Devito (2011, hlm. 40) bahwa self disclosure merupakan salah satu tipe komunikasi ketika informasi tentang diri yang biasa dirahasiakan diberitahu kepada orang lain (Devito, 2011, hlm. 40). Self disclosure merupakan kegiatan berbagi perasaan dan informasi secara akrab dengan orang lain (Morton, dalam Sears dkk, 2008, dalam Maryam, 2018, hlm. 62). Sementara itu menurut Leary, McDonald dan Tangney (dalam Agus, 2016, hlm. 46) self disclosure adalah kelengkapan psikologis yang memungkinkan refleksi diri berpengaruh terhadap pengalaman kesadaran, yang mendasari semua jenis persepsi, kepercayaan dan perasaan tentang diri sendiri serta yang memungkinkan seseorang meregulasi tentang perilakunya sendiri. 


Dalam self-disclosure berlaku norma resiprok atau timbal balik (norm of reciprocity). Terdapat sebuah norma sosial yang berlaku bahwa seseorang selayaknya merespon keterbukaan orang lain dengan keterbukaan pada tingkat keakraban yang setara (Kassin dkk, dalam Maryam, 2018, hlm. 62). Artinya, jika seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada kita, kita akan cenderung memberikan reaksi yang sepadan. Pada umumnya kita mengharapkan orang lain memperlakukan diri kita sama seperti kita memperlakukan mereka. Namun, jika seseorang mengungkapkan informasi pribadi yang lebih detil atau akrab daripada yang kita lakukan, akan membuat kita merasa terancam dan kita cenderung lebih senang mengakhiri interaksi yang seperti ini. Sebaliknya, jika kita yang mengungkapkan terlalu akrab dibandingkan orang lain, kita akan merasa bodoh dan tidak aman (Sears dkk, 2008 dalam Maryam, 2018, hlm. 63). Dapat disimpulkan bahwa self-disclosure adalah kelengkapan psikologis seseorang yang memungkinkan seseorang untuk mengungkapkan aspek-aspek pribadi dan rahasia kepada orang lain. 


Perdana Dalam Pemikiran

Dalam diri kita itu sebenarnya tidak semuanya baik. Kita seringkali menyakiti orang lain dengan kesadaran penuh, tanpa sadar, maupun pura-pura tidak sadar. Apapun itu kenyataannya kita sudah menyakiti seseorang. Baik itu orang lain maupun diri sendiri. Manusia itu rumit dan kompleks. Manusia itu banyak hal yang dipikirkan namun tidak mau berbagi pemikirannya dengan orang lain. Manusia itu sering sibuk sendiri namun tidak mau dibantu. Karena ego manusia itu ya cukup luar biasa untuk menunjukkan ke orang lain bahwa dia mampu sendiri. Kita ini sering sakit hati dengan hal yang sepele banget. Sering merasa gelisah karena perkataan orang lain. Padahal apa yang dikatakan orang lain itu belum benar adanya. Tapi kita sibuk merasakan perasaan yang gelisah namun gak berguna juga buat dirasakan. Karena orang yang melakukannya belum tentu sepeduli itu mereka dengan kita. Kita saja yang merasa sepenting itu bagi hidup orang lain. Padahal bisa jadi mereka hanya sibuk dengan diri mereka sendiri. Perdana dalam pemikiran ini sebenarnya hanya isinya tulisan gw aja yang gak tau ya mau gw tulisa apa. Cuma pemikiran gw aja yang berisik jadi mendingan gw tulis aja di blog yang sekian lama gw pake buat simpan catatan yang sebenarnya udah gak relevan buat gw gunakan. Dan pada akhirnya gw bisa nulis blog di komputer juga atau lebih tepatnya di laptop. Nanti gw akan coba nulis random tapi gw rapikan tulisan gw berdasarkan jenisnya. Jadi gw sendiri gak akan bingung gitu untuk baca apa sih yang sebenarnya gw tulis. Tungguin aja ya gw mau nulis apa, itu pun kalau gw mood dan ada waktu untuk nulisnya. -Nez-